Di dunia bisnis ada berbagai
macam fenomena menarik. Ada Pemimpin yang cenderung suka "bermimpi"
dalam arti merumuskan Tujuan Perusahaan setinggi langit tanpa pernah tercapai. Sebaliknya,
banyak pula yang terlalu menerima kenyataan, statis dan sangat khawatir
terhadap adanya Perubahan (bahkan yang mendasar) dan tidak pernah berani
bermimpi! Sebenarnya fenomena ini sangat umum di Indonesia, bahkan mungkin
mewakili sebagian besar wajah Perusahaan-perusahaan Indonesia baik swasta,
pemerintah atau BUMN. Itu sebabnya pula mengapa perekonomian Negara kita masih
terpuruk dan tidak kunjung bangkit, padahal di negara Asia lainnya yang sama-sama
terkena krisis ekonomi sudah berhasil melewati masa krisis tersebut bahkan
tingkat pertumbuhan ekonominya sudah makin baik, contohnya: Thailand, Malaysia
dan Korea Selatan. Kekhawatiran yang dialami (para) Pemimpin diatas tersebut
dikarenakan, salah satu pemicunya - secara langsung/tidak langsung akan menimbulkan
terjadinya Konflik dalam Perusahaan. Kekhawatiran seorang Pemimpinbahwasanya ia
merasa tidak yakin dengan apa yang dilakukan akan menimbulkankeragu-raguan
dalam pekerjaan. Hal ini akan menimbulkan suatu permasalahan dan akhirnya
memunculkan Konflik.
Konflik secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses
yang dapat terjadi apabila salah satu pihak merasa bahwa pihak lain berkeinginan
secara negatif. Di sisi lain, Konflik dapat terjadi apabila ada perbedaan
pendapat, persaingan dan pertentangan; dikarenakan setiap manusia memiliki
Sifat, Sikap, Keinginan, Kepribadian, dan Minat yang berbeda satu dengan yang
lainnya, sehingga sulit untuk disatukan dan menyatukannya.
Dilihat dari hubungannya dalam Perusahaan, Konflik dapat
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: Konflik Fungsional dan Konflik non-Fungsional.
Konflik fungsional adalah pertentangan antara kelompok yang mempertinggi atau
menguntungkan prestasi dan kemajuan Perusahaan, misalnya: 2 (dua) Departemen
disuatu Perusahaan terlibat dalam Konflik, tentang bagaimana cara menghasilkan
produk yang baik tanpa perlu menaikkan biaya produksi. Hasil yang baik akan tercapai
bila konflik ini dapat diselesaikan bersama-sama dan hasilnya dapat menguntungkan
Perusahaan, sedangkan Konflik yang non-fungsional adalah setiap pertentangan
atau interaksi antara kelompok yang mengganggu organisasi dan merintangi upaya
pencapaian Tujuan Perusahaan. Konflik yang non-fungsional harus dihilangkan
dalam Perusahaan karena hal ini akan memberikan dampak negatif dikemudian
waktu.
Sebagai seorang pemimpin, Konflik akan muncul pada saat
pengambilan keputusan (decision making process). Pemimpin yang menghadapi
Konflik berkepanjangan akan mengalami stress yang menyebabkan penurunan
prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, ketegangan dan kekhawatiran
yang terus-menerus, serta tendensi untuk mengalami kecelakaan. Dalam istilah
Psikologi, stress berkepanjangan disebut stress kronis. Stress kronis sifatnya menggerogoti
dan menghancurkan tubuh, pikiran, jiwa dan seluruh kehidupan penderitanya
secara perlahan-lahan, bahkan dapat menimbulkan depresi, kehilangan rasa
percaya diri dan harga diri. Semua hal tersebut akan menimbulkan perilaku yang
lebih mudah tersinggung, mudah marah, dan mudah emosi, dan pada akhirnya akan
memicu timbulnya Konflik.
Perbedaan kultur dan budaya Perusahaan juga dapat menjadi
salah satu pemicu terjadinya konflik, misalnya budaya kerja orang Jepang yang
lebih mementingkan bekerja dalam team sedangkan orang Amerika lebih nyaman
bekerja secara individu. Dengan perbedaan ini, orang Jepang merasa tidak nyaman
bekerja di lingkungan orang-orang Amerika dan sebaliknya, hal ini akan
menimbulkan Konflik Peran yang dapat mempengaruhi etos kerja mereka. Budaya kerja
yang negatif, seperti pada PT. Telattroos, yang memiliki kebiasaan datang terlambat,
juga dapat menimbulkan Konflik antara Pemimpin dengan karyawannya. Seorang
pemimpin menginginkan karyawannya datang tepat waktu, tetapi karena datang
terlambat sudah menjadi company culture, maka teguran dari Atasan bukanlah hal
yang serius sehingga mereka tidak memperhatikannya, hal ini akan berdampak pada
hasil kerja bahkan akibat terburuknya: pemecatan karyawan.
Konflik dapat dipandang sebagai sesuatu yang menguntungkan
atau merugikan. Seorang Pemimpin dapat memandang Konflik itu sebagai sesuatu
yang positif atau negatif, merusak atau kooperatif (membangun). Bagi Pemimpin
yang memiliki pola pikir tradisional akan memandang konflik itu sebagai sesuatu
yang harus dihindari karena akan merugikan. Dimasa-masa sekarang dengan pola
pikir yang seperti ini akan menghambat kemajuan perusahaan. Pemimpin yang
berpikir secara tradisional akan terus dibayang-bayangi oleh pola pikir yang
lama, sehingga menyebabkan ketertinggalan yang akan mengakibatkan penurunan
hasil kerja, dan ketidak-mampuan bersaing.
Berbeda dengan Pemimpin yang memiliki pola pikir modern.
Bagi mereka, Konflik adalah sesuatu yang bersifat positif. Karena dengan
mengalami Konflik akan menunjukkan adanya perhatian dan perlibatan dengan
atasan/rekan kerja maupun para bawahan sehingga menciptakan hubungan kerja yang
harmonis dan menimbulkan bermacam-macam pemikiran yang akan dapat menambah
wawasan bagi sang Pemimpin, sehingga akan lebih kreatif dalam menyelesaikan
persoalan yang dihadapinya bersama dan didalam Perusahaan.
Terlepas dari bentuk-bentuk konflik bisnis yang terjadi,
saya kini melihat betapa pentingnya fungsi mediasi untuk menyelesaikan konflik
tersebut dan memulihkan kembali hubungan di lingkup bisnis tersebut.
Pentingnya mediasi
Mediasi biasanya cekup efektif menyelesaikan permasalahan,
karena masalah terbesar dalam dunia kerja dan bisnis adalah masalah manusianya,
baik dari persepsi, ucapan dan tindakannya. Faktor manusia inilah yang biasanya
akan memicu perbedaan. Perbedaan itulah yang berujung kepada konflik.
Mekanisme formal, biasanya tidak diiringi dengan kelegaan
hati dan itu berarti tiap hari adalah sambungan dari konflik yang sudah
terjadi. Terus menerus, beranak cucu dan menular.
Konflik selalu berbiaya, menelan stress, membuang waktu,
membuang energi dan menurunkan produktifitas. Konflik mengalihkan fokus
perhatian kepada hal-hal negatif dan membiarkan yang positif. Iklim bisnis dan
kerja akan menjadi negatif, mendung, dingin dan hilang semangat. Jikapun ada
semangat, semangat penghancuran saja yang akan muncul. Konflik yang ditangani
dengan efektif bisa sekali berubah menjadi pemicu peningkatan prestasi dan
menghindarkan stagnasi.
Memilih Mediasi
Setiap konflik bisa diselesaikan dengan negosiasi atau
musyawarah, dengan mediasi, dengan arbitrasi atau dengan litigasi.
Dalam tingkatan konflik yang rendah dan atmosfir hubungan
masih sejuk, musyawarah atau negosiasi biasanya menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan yang bagus bagi semua pihak yang terlibat. Prosesnya
disepakatai oleh pihak-pihak yang terlibat dan dalam konflik tersebut.
Arbitrasi melibatkan arbiter walaupun dengan pola yang
relatif informal. Mereka biasanya adalah para ahli yang independen dan netral.
Prosesnya seperti studi oleh pihak-pihak yang terkait dan akhirnya arbiter
memutuskan untuk semua pihak. Keputusan bisa dilakukan dengan kompromi antara
yang diinginkan oleh pihak-pihal yang terlibat konflik berdasarkan bukti dan
penilaian teknis.
Ligitasi bermuara kepada mekanisme hukum formal. Yang
mengambil keputusan adalah hakim melalui persidangan meja hijau. Tingkat
fomalitas legalnya sangat tinggi. Jika ada pihak-pihak lain yang telibat,
kapasitasnya sebagi penasihat dan menghilangkan situasi oposisi. Tipe hasil
yang muncul adalah menang atau kalah berdasarkan preseden legal dan
pertimbangan bukti-bukti.
Sedangkan mediasi posesnya dilakukan oleh orang-orang yang
terlibat konflik dengan bimbingan seorang mediator. Beda madiator dengan
perantara yang lain adalah bahwa mediator bersifat seperti fasilitator,
independen dan netral tetapi tetap tegas walaupun secara informal bersama pihak
yang berkonflik. Sebagai fasilitator, mediator berpartisipasi penuh dalam
proses pengambilan keputusan. Tipe hasil yang diharapkan muncul dengan mediasi
adalah keputusan yang diatahkan kepada penerimaan bersama dan saling menguntungkan
. Karena sifatnya yang informal, mediasi cenderung labih
murah, mudah, singkat dan efektif. Karena itulah banyak perusahaan yang
menggunakan jasa mediator untuk keperluan penyelesaian konflik-konfliknya.
Kini banyak perusahaan menggunakan jasa mediator seperti
perusahaan asuransi dan perbankan yang terlibat konflik transaksi. Bukan hanya
itu, konflik perceraian saja sudah banyak yang tidak lagi menggunakan jasa
pengacara. Jasa mediator dianggap lebih santun, lunak, murah dan cenderung
dianggap menjaga martabat.
Konflik yang pas dimediasi
Tidak semua konflik memang tepat dilakukan dengan mediasi.
Tetapi konsep mediasi akan sukses manakala kedua belah pihak yang berkonflik
sepakat untuk mencoba pendekatan mediasi sebagai solusinya. Keduabelah pihak
memiliki masalah yang benar-benar ingin mereka selesaikan dengan cepat.
Lalu masalah yang mereka hadapi berada dalam kendai
keduanya, artinya mereka bukan sekadar korban atas sebuah situasi yang diluar
jangkauan kekuasaan mereka dan ada keseimbangan wewenang antar keduanya.
Mediasi menjadi lebih mudah jika memang ada tuntutan untuk mengambil tindakan
segera.
Mediasi menjadi penting ketika keduabelah pihak tidak
menghendaki investigasi resmi dan keduanya menyadari pentingnya solusi yang
akan dihasilkan. Adanya kesadaran atas resiko-resiko serius yang mungkin timbul
jika tidak mencoba langkah mediasi.
Tugas Mediator
Dalam hal menyelesaikan konflik, mediator harusnya
menstimulasi terjadinya keterbukaan atas pikiran dan perasaan yang dirasakan
oleh semua pihak. Kemudian mediator merangsang pikiran positif sehingga semua
pihak bisa saling mendengar.
Mediator memberikan kesempatan yang sama untuk
berkomunikasi, bernegosiasi dan memikirkan kesempatan yang realistis serta adil
kepada semua pihak. Mediator memastikan terhindarkannya segala bentuk
penghujatan, penyalahgunaan, penyimpangan dan segala perilaku yang menghalangi
orang melakukan negosiasi dengan adil.
Mediator tidak berpihak kepada salah satu pihak dan
mengambil alih hal mengambil keputusan bagi pihak-pihak yang terlibat konflik.
Mediator tidak akan menyarankan atau mengatakan apa yang
harus anda lakukan. Mediator akab membantu pihak yang terlibat untuk memikirkan
solusi yang bisa dilakukan. Mediator juga kan menguji kemungkinan hasil hasil,
mengklarifikasi apa yang akan terjadi kemudian, dan memikirkan apa hendaknya
yang harus dilakukan jika ada sesuatu yang salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar